Amara demikian santriwati saya ini biasa disebut oleh teman temannya. Dia berasal dari Padang Sumatera Barat. Mondok di Alqudwah Boarding School sejak SMA, yang berarti dia tiga tahun menimba dan menuntut ilmu bersama saya dan guru gurunya. Lebih dari setahun dia tidak pulang ke rumahnya di Padang dan baru semalam dijemput oleh ayahnya, Pak Rinaldi, di rumah bibinya di Rangkasbitung. Dia tidak pulang karena corona yang mengepung negeri ini.
Semalam bersama ayahnya, dia pamitan, dan ayahnya mengucapkan terima kasih pada guru gurunya yang telah mendidik anaknya dan permintaan maaf jika ada torehan salah dan keliru selama anaknya menuntut ilmu di pesantren.
Tentu saja saya bahagia dan bangga pada sikap, akhlak dan adab mereka berdua. Karena bisa saja keduanya tidak mampir lagi ke pesantren dan langsung pulang, toh saya tidak tahu bahwa dia datang menjemput anaknya ke Rangkas.
Namun serapan akhlak dan adab yang telah terinternalisasi di hati Amara selama dia mondok sehingga dia merasa wajib menyempatkan diri untuk pamitan dan minta agar doa gurunya menyertai perjalanan hidup dan sejarahnya. Saya plong. Dalam hati saya mendoakan semoga larik larik sejarah hidupnya penuh cahaya dan binar.
Selamat untuk keluarga yang senantiasa mengedepankan akhlak dan adab. Karena pilar keluarga akan kuat dan kokoh bila akar akhlak dan adab mereka kokoh dan kuat.
Selamat berjuang Amara lintasilah lorong lorong hidupmu dengan cahaya dan tulislah jejak hidupmu dengan tinta emas yang menjadikan kamu sebagai “sejarah” yang akan dikisahkan dan bukan sejarawan yang hanya mengisahkan.
Tulisan ini dibuat oleh KH. Samson Rahman MA, pimpinan Al Qudwah boarding school
Terimakasih… banyak atas ilmunya