Obsesi kita gantungkan pada cita-cita tinggi yaitu meraih rida Allah SWT. Sehingga bagaimana pun kondisi yang didapatkan dari mengemban amanah itu, seseorang tidak akan mundur. Guru mendapati siswa yang susah diatur, seakan tidak mempan segala nasehat, keteladanan yang diabaikan, dan selalu menabrak aturan.
Harapannya selalu ada. Tidak pernah putus asa menunggu perubahan dari siswanya. Percaya bahwa amanah itu adalah amanah yang mulia. Tidak hanya memikirkan anak, tapi juga sekolah, yayasan, keluarga, dan amanah lainnya.
Jika burung membumbung tinggi dengan sayapnya, maka manusia membumbung tinggi dengan obsesinya.
Sebagaimana obsesi kita ingin mendapatkan surga firdaus. Meskipun kita merasa tidak pantas di surga firdaus, tidak ada salahnya kita berharap kepada Allah surga firdaus itu.
Obsesi seorang mukmin adalah akhirat. Jika dia mendengar suara yang keras akan teringat terompet (Ibnu Jauzi). Intinya adalah selalu mengaitkan dengan akhirat.
Dakwah tidak mengenal kata gagal. Jika pun kita tidak berhasil merubah siswa, pahala lelah kita akan berbalas pahala.
Supaya memiliki obsesi yang kuat
Pertama, pekerjaan dikerjakan dengan serius dan fokus.
Kedua, menganggap amanah kita sebagai dakwah dan jalan menjaga diri dari kefuturan.
Ketiga, menggapai kesempurnaan
Keempat, bekerja keras mengais rizki.
Keempat, menjauhi urusan remeh dan memilih urusan yang prioritas.
Kelima, kesigapan mengerjakan amanah
Disinilah jihad kita. Inilah jalan hidup kita. Yakinlah bahwa ini adalah proyek dakwah kita. Keikhlasan kita dituntut di sini. Bahkan jika siswa kita sukses belum tentu memberikan keuntungan kepada kita. Seberat apapun permasalahan di hadapan kita, semoga Allah memberikan kekuatan untuk mengemban dakwah ini. Obsesi kita adalah siswa kita terjaga tarbiyahnya.