‘Om Telotet Om’ menjadi sebuah fenomena. Tersebar secara viral di berbagai sosial media. Menjadi berita di televisi dan berbagai surat kabar. ‘Om Telotet Om’ bermula dari video sekelompok bocah di Jepara, Jawa Tengah, yang menanti klakson beritme khas dari bus yang lewat. Saat bus lewat, mereka kompak berdiri di pinggir jalan dan meminta sopir bus untuk membunyikan klakson bersuara khas. Mereka berteriak kepada sopir, ‘Om Telotet Om’, ada juga yang berteriak, ‘Pak Telolet Pak’. Lalu ada pula yang menuliskan ‘Om Telotet Om’di kertas karton dan membentangkannya agar bisa dibaca sopir yang kemudian dibalas dengan klakson berbunyi telolet.


Klakson yang berbunyi khas ‘telolet’ ini sebenarnya sudah lama ada. Sekira tahun 2005 lalu. Namun kali ini menjadi sebuah fenomena lantaran keberadaan sosial media yang memviralkannya. Zaman sekarang ini apa-apa serba diviralkan. Tidak butuh biaya mahal untuk menjadikan sebuah berita menjadi terkenal. Indonesia sebagai pengguna internet terbesar nomor enam dunia (www.kominfo.go.id) atau peringkat empat di Asia, menjadi salah satu sebabnya sebuah berita dengan cepat menyebar. Atau, bisa juga karena karakter kita yang dengan mudah menyebarkan berita. Sebuah postingan dengan cepat menyebar melalui akun pribadi, kelompok (grup) dan laman berita (website).
Kedahsyatan sosial media menjadikan ‘Om Telotet Om’ sebagai trending topic  dan terkenal seantero dunia. Ditambah, dibuat lagi oleh beberapa musisi dunia diantaranya DJ Firebeatz (Belanda), Dillon Francis (Amerika) atau Marsmello (Amerika). Atau beberapa akun publik figur, sebagai contoh Cristiano Ronaldo, yang juga tidak ketinggalan meramaikan ‘Om Telotet Om’.
Fenomena ‘Om Telolet Om’bisa dikatakan sebuah kreativitas yang unik dan hebat. Membuat Indonesia terkenal hingga dunia. Sebentar itu, Indonesia berhasil menjadi pioner dalam kampanye digital dengan tagar khas. Fenomena unik ini bisa dikatakan sebagai satire (sindiran) oleh publik Indonesia yang jenuh dengan krisis yang dialami negeri ini. Ditengah kisruh perpolitikan Indonesia yang tidak kunjung henti, penegakan hukum yang pandang bulu, semakin mahalnya biaya hidup, dan kekecewaan terhadap pemerintah membuat fenomena ‘Om Telolet Om’sebagai bahan bahan untuk melupakan sejenak segala permasalahan itu. Rakyat butuh hiburan. Butuh kebahagiaan. Dan, kebahagiaan itu didapat dengan cara yang sederhana. Maka benarlah ungkapan, bahagia itu sederhana.  Cukup dengan menantikan suara klakson.
Namun jangan pula menyandingkan fenomena ini dengan akidah. Belakangan muncul postingan tentang tafsir ‘Om Telolet Om. ‘Om’ adalah istilah dalam agama Hindu dan ‘telolet’ adalah suara khas terompet, salah satu alat ibadah Yahudi. ‘Om Telolet Om’adalah bentuk pengagungan terhadap tuhan Yahudi. Begitu bunyi postingan itu.  Postingan itu seakan menghakimi ‘om telolet om’sebagai pendangkalan akidah. Menimbulkan perdebatan yang bisa mengakibatkan perpecahan dan permusuhan, bahkan antar sesama umat muslim. Antara yang setuju dan tidak setuju.
Padahal jika menilik sejarah awal kemunculannya, maka tidak bijak menyamakan fenomena ‘Om Telolet Om’ dengan pendangkalan akidah. Tiba-tiba saja umat islam yang sedang bersemangat dalam beragamanya menyebarkan postingan ini tanpa melakukan pengecekan kebenarannya terlebih dahulu. Apalagi ketika postingan ini muncul dari seorang tokoh islam yang menjadi panutan umat islam, Bachtiar Nasir, yang padahal kita tidak tahu sejak kapan akun tersebutaktif, atau siapa pengelolanya. Namun apa dikata, postingan itu terlanjur menyebar viral. Seakan melabeli sekelompok anak muda itu sebagai orang yang tersesat dengan aktivitasnya. Dan, ketika ada klarifikasi tentang hal ini, kita juga yang rugi. Dengan mudah kalangan non-muslim mengecap aktivis islam sebagai pihak yang dengan mudah memposting berita palsu.
Maka hendaknya kita hati-hati dalam menyebarkan (sharing) sebuah berita yang belum tentu kebenarannya. Apalagi jika itu menyangkut ranah agama yang dirasa sensitif. Jangan sampai kita menjadi orang yang menyebarkan berita palsu (hoax). “Hai orang-orang uang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (Al Hujarat : 6). Cukuplah kita berhati-hati dengan peringatan yang disampaikan hadist nabi, “Rasulullah bersabda : Cukuplah orang itu dikatakan sebagai pendusta, kalau dia menyebar semua yang ia dengar (HR. Muslim).
Tidak Harus Diramaikan
Kegiatan berburu klakson ‘telolet’ memunculkan kreativitas anak muda agar menjauhkan mereka dari kesibukan yang negatif, namun jangan dilupakan bahaya yang bisa muncul. Anak-anak yang berderet di pinggir jalan menunggu bus yang melaju kencang bukannya tanpa bahaya. Di jalan raya semua kemungkinan bisa terjadi. Jangan abaikan keselamatan anak-anak itu. Apalagi mereka beraktivitas tanpa pengamanan. Tanpa didampingi oleh orang tua. Mengoperasikan telepon genggam saat bus melintas atau bahkan mengadang laju bus yang bisa mengancam keselamatan mereka. Selain itu, bisa menghambat arus lalu lintas dan pergerakan bus. Maka, hendaknya fenomena ini dihentikan saja. Semoga tidak berlarut-larut. Saya berharap ini hanya hiburan sesaat yang segera hilang. Seperti demam akik yang kini gaungnya terdengar senyap. Orang tua hendaknya memantau kemana anaknya pergi. Melarang anak-anak kecil melakukan aktivitas berbahaya ini.
Selain itu, aktivitas yang hanya menunggu klakson bus itu juga bisa merupakan kegiatan yang sia-sia dan buang waktu. Tanpa manfaat apapun kecuali hanya untuk kesenangan belaka. Sifatnya hiburan. Namanya hiburan, jangan berlarut-larut. Dalam kadar sewajarnya saja. Hanya pengen eksis. Tidak ada aktiviatas produktif. Lebih baik waktu senggang digunakan untuk melakukan kegiatan positif seperti kegiatan sosial, bersilaturahim, atau menggalang dana, dimana-mana sedang terjadi bencana alam atau bencana kemanusiaan. Atau menemukan alat-alat yang dapat berguna bagi aktivitas kita. Agar kita tidak selalu menjadi pengguna (konsumen) tetapi beralih menjadi pencipta (produsen).
Supadilah. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan di SMA Terpadu Al Qudwah, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Banten.