PT Telkom bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republika , Intel dan World Bank menggelar program IndiLearning. Program CSR yang digelar oleh perusahaan telekomunikasi ini dimaksudkan meningkatkan kualitas guru terutama pemahaman implementasi kurikulum 2013 dan pemanfaat sosial media untuk pendidikan.
Acara yang diadakan di gedung A Graha Utama Kemendikbud, Jakarta pada 17-18 September 2014 ini mengundang guru se-Jabodetabek dan sekitarnya. SMAT Al Qudwah berkesempatan mengikutinya. Maka dikirimlah dua orang guru untuk ikut acara ini yaitu Tomy Octavian S.Psi dan Supadilah S.Si.
Mendikbud M.Nuh dijadwalkan membuka acara ini pada pukul 14.00 WIB. Materi pertama adalah Sosialisasi Kurikulum 2013 : Perubahan Mindset Guru-guru oleh Tjipto Sumadi dari Unit Implementasi Kurikulum. “Pada kurikulum 2013 banyak perubahan yang sangat bagus bagi pendidikan di Indonesia. Siswa tidak lagi membawa buku banyak-banyak yang memberatkannya. Kurikulum 2013 lebih pluralis” katanya.
Tcipto mencontohkan, di buku tingkat SD mulai banyak ditemui tokoh dan karakter yang lebih merata. Diantaranya adalah penggunaan tokoh Edo, Lina, Udin, Siti, dan Ujang. Ini lebih ‘adil’ ketimbang buku-buku yang ada sebelumnya.
Juga ada materi dari PT Telkom dan Intel yang memaparkan pentingnya penguasaan teknologi bagi pendidikan Indonesia.
Satu hal yang dikeluhkan oleh para guru adalah keterlambatan pendistribusian buku K 13. Namun sudah ditegaskan oleh pihak Kemendikbud bahwa pendistribusian sudah dilakukan, tapi masih berjalan. “Memang sebuah tantangan untuk kepala sekolah atau guru tentang buku ini. Jelas penerbit-penerbit tidak tinggal diam. Sebab buku Kemendiknas ini biayanya murah. Sekitar Rp. 9.000. Kepala sekolah atau guru terancam tidak dapat fee atau bonus jalan-jalan keluar negeri seperti yang diberikan penerbit-penerbit yang menjual buku ke sekolah” tegasnya.
Dan akhirnya yang ditunggu para peserta datang juga. Mendikbud M.Nuh hadir pada pukul 14.00 WIB. M.Nuh membuka acara IndieLearning ini dihadapan 140 orang peserta. “Saya yakin masa depan Indonesia akan cerah seperti wajah guru-gurunya” ujarnya. M Nuh menyadari bahwa penerapan K 13 menuai banyak protes dari berbagai pihak. M Nuh menegaskan tidak ada dikotomi antara guru dengan kurikulum. Kurikulum ibarat senjata, begitu penting untuk sebuah peperangan.
Tidak boleh berhenti melakukan perbaikan. Pendidikan ibarat senjata untuk menumpas tiga penyakit yang selama ini melanda negeri ini, yaitu kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan. Mantan rektor ITS Surabaya ini yakin para guru bisa memotong rantai itu dengan menjadi guru dengan tugasnya mendidik siswa.
Materi terakhir di hari pertama adalah public speaking yang diisi oleh artis sekaligus model Ratih Sanggarwaty. Pembawaan materi yang lugas dan luwes membuat suasana cair dan menyenangkan. Ratih membagikan kepada peserta tips dalam public speaking. “Jangan salah kostum. Tidak dianjurkan minum susu maksimal dua jam sebelum PS. Susu merangsang produksi air ludah berlebihan. Atau makanan gorengan yang bisa membuat suara serak karena mengandung minyak” katanya.
Selain itu, ada pelatihan penggunaan aplikasi penunjang pembelajaran melalui pembuatan komik. Guru pun diajak langsung membuat komik pada acara tersebut. Dengan menggunakan aplikasi itu, guru yang tidak mahir menggambar pun bisa membuat komik pelajaran.
Selama dua hari, guru Al Qudwah mengikuti dengan penuh acara ini. Keduanya akan membagikan ilmu yang didapat ini pada rapat sekolah yang diadakan pada 20 September 2014. Diharapkan agar ilmu dari pelatihan itu dapat diakses oleh guru lain.
supadilah