Pagi ini ada kejadian luar biasa di sekolah kita. Usai olahraga di Jumat pagi, Kepsek kita, Pak Apri memberikan wejangan. Sekali ini, bukan wejangan Pak Apri yang memberi kesan, tapi kejadian lain. Pak Apri memanggil A’ Ilham. Orang yang terdepan menjaga kebersihan dan kerapian serta keindahan sekolah.
Dihadapan semua siswa dan guru yang hadir memenuhi lapangan itu, A’ Ilham diberi kesempatan menyampaikan unek-unek yang disimpan dan dirasakannya selama ini. Boleh pujian atau pun kritikan.
Usai bertahmid dan mengucap salam, A’ Ilham bilang, “Ada juga sih kesel sama kalian. Saya Cuma mau bilang mari sama-sama menjaga kebersihan kelas kita. Sampah kita urus bersama” begitu ujarnya.
Tidak banyak yang disampaikannya. Tapi dia pede menyampaikannya. Lancar, dan pelan. Tapi nancep dihati. Apanya yang nancep? Pertama, keluarbiasaan Pak Apri dalam memberikan kesempatan kepada anggota keluarga sekolah-petugas kebersihan. Seumur-umur, baru kali ini saya melihat dan menyaksikan, ada seorang petugas kebersihan diberikan kesempatan hadir dan berbicara di hadapan umum. Dalam acara resmi dan dihadiri civitas akademika. Bener. Sejak SD, SMP, dan SMA bahkan di sekolah saya yang dulu (dengan tidak merendahkan atau menganggap negatif sekolah-sekolah itu yang memiliki kelebihan masing-masing). Benar, baru kali ini.
Kedua, pede-nya A’ Ilham dalam berbicara di hadapan umum. Di depan para insan intelektual yang tidak diragukan ilmu dan pengetahuannya. Begitu lancar dan lugas dalam menyampaikan. Tidak ada rendah diri.
Tapi kemudian saya ingat, A’ Ilham ikut liqo. Hm, begitulah ketika tarbiyah sudah mewarnai. Menjadikan pribadi-pribadi semakin luar biasa. Salut buat keluarga baru-ku disini.
Curhat admin by Supadilah