Sepekan lewat Bakti Siswa Untuk Desa (BSUD) SMAT Al Qudwah dijalani. Apa kabar mereka? Apa saja yang mereka alami dan lakukan? Bagaimana kondisi lokasi mereka?

Selasa (16/1) kepala SMAT Al Qudwah dan guru menjenguk kelompok BSUD di Leuwidamar, Muncang dan Sobang. Tidak seperti yang dibayangkan, kondisi lokasi BSUD cukup mengejutkan. Leuwidamar yang merupakan lokasi terdekat dari ibukota kabupaten ternyata cukup pelosok, akses jalan yang sulit berupa tanjakan terjal dan rusak, serta kondisi masyarakat yang masih butih perhatian.

Ketua kelompok, Fahmi Fadillah menuturkan, “Masih banyak warganya yang dolbon atau BAB tidak di WC, Pak. Mandi di tempat terbuka. Untuk mandi kita harus angkat air dulu” ujarnya.

Miya, anggota kelompok menambahkan, “Kalau anak madrasahnya cukup prihatin pak, kasihan, mereka sekolah (madrasah) dengan seragam seadanya. Yang dipakai sekolah pagi, dipakai lagi ke madrasah. Ada juga yang pakai baju seadanya”.

Akses jalan yang sulit membuat mereka jarang ke luar. “Tidak pernah. Bahan makanan kita nyetok pak”, kata Lutfi.

Untuk sampai ke sana pun, mobil sekolah harus beberapa kali menanya ke warga. Supaya tidak nyasar. Juga penasaran, Leuwidamar kok jauh.

Muncang

Kondisi tidak beda jauh di Muncang. Fenomena dolbon masih banyak. Meski pun berada tidak jauh dari jalan raya, warga yang belum memiliki WC sebagai tempat BAB masih banyak.
“Sedikit aja masuk ke gang situ, warganya masih dolbon, Pak” kata Basith.
“Kita pulangnya hari Minggu pak. soalnya
 malam Minggu ada pengajian rutin warga. jadi Kita diundang” lanjut Basith.

Siang itu harusnya mereka mengajar di Madrasah kedatangan guru maka mereka belum berangkat karena ada kunjungan dari sekolah.

Penerimaan warga terhadap siswa cukup bagus. Ketika rombongan sekolah bertanya ke warga untuk menemukan lokasi BSUD, warga yang cukup jauh pun sudah tahu dan menunjukkan lokasi.

Sobang

Selepas dari Muncang, rombongan sekolah menuju ke Sobang dengan lewat Huriang yang jalannya cukup sulit. Medan yang terjal, aspal yang rusak di sana sini. Butuh sekitar 2 jam untuk sampai di desa Ciparasi, Sobang.

Sesampainya di Sobang terlihat base camp dipenuhi anak-anak. Ada yang belajar matematika dan ada yang belajar ngaji.

 “Banyak yang minta  menambah hari BSUD, Pak. Jangan pulang di Sabtu” kata Taufik. Ketua BSUD Sobang.

Latif menambahkan “Sewaktu baksos, pakaian layak pakai cukup diminati warga antusias. Bahkan ada yang minta sampai 5 potong pakaian layak pakai.  Sebenarnya kurang. Tapi ya mau gimana lagi”.

Sintia juga melaporkan. “Sini sering mati lampu. kalau mati lampu nggak ada sinyal. Towernya rusak, itu makanya Kami jarang komunikasi dengan luar”

Sebelas jam mengunjungi 3 lokasi BSUD cukup melelahkan. Tapi lihat semangat mereka belajar banyak hal di sana, sungguh membuat optimistis bahwa mereka adalah pribadi yang peduli dan berjiwa sosial yang tinggi.