Melalui surat bernomor 193/SMAT-AQ/SP/VII/2019 sekolah mengundang orang tua untuk hadir dalam paguyuban orangtua. Pertemuan ini dipandang penting sebagai langkah dalam menyamakan persepsi tentang pendidikan anak. Sinergi sekolah dan orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak.
Paguyuban ini yang perdana diadakan pada tahun pelajaran 2019/2020. Para orang tua kelas X, XI, dan XII diundang pada acara tersebut pada Ahad (21/7/2019) di aula Granada, Sekolah Al Qudwah. Terdapat tiga agenda besar yang menjadi pokok bahasan dalam paguyuban tersebut.
Silaturahim Sekolah dan Orang tua
Tiga pilar pendidikan yaitu pemerintah, keluarga, dan sekolah. Kepala SMA Al Qudwah, Iwan Supriana M.Pd., mengatakan bahwa berhasil tidaknya pendidikan anak tidak boleh hanya diserahkan pada sekolah.
“Adalah anggapan yang keliru, jika sudah menyerahkan anak ke sekolah, lantas semua urusan pendidikan anak menjadi tanggung jawab sekolah.” ujarnya.
Bisa saja, lanjutnya, sekolah memegang semua tanggung jawab itu, tapi pasti tidak maksimal. Karena waktu bagi sekolah untuk melakukan pendidikan terbatas.
“Justru saat di rumah atau di lingkungan itu yang juga sangat menentukan” lanjutnya.
Oleh karena itu, disyaratkan adanya sinergi antara orang tua dan sekolah. Orang tua harus peduli membimbing, mengetahui, dan mengawasi perkembangan anak.
Lebih-lebih di zaman sekarang, mendidik anak tingkat SMA dapat kebayang tantangannya.
Mendidik anak sangat dibutuhkan perhatian serius. Di tengah globalisasi yang semakin meningkat hari ini, maka orang tua dan sekolah pun harus semakin mawas diri dan menambah pengetahuan serta skillnya mendampingi anak.
Core mission Al Qudwah
“Visi sekolah Al Qudwah adalah menjadikan Insan al-Qudwah Unggul Religius.” jelas Apriyadi S.Sos., sebagai HRD yayasan Qudwatul Ummah, yayasan yang menaungi lembaga-lembaga di Al Qudwah.
Perumusan visi itu tercantum pada 6 Karakter Utama siswa Al Qudwah yaitu
(Unggul )
1. Berbadan Sehat
2. Berakal Cerdas
3. Berkarya Manfaat
(Religius)
4. Berakhlaq Mulia
5. Beribadah Benar
6. Beraqidah Lurus
(Unggul )
1. Berbadan Sehat
2. Berakal Cerdas
3. Berkarya Manfaat
(Religius)
4. Berakhlaq Mulia
5. Beribadah Benar
6. Beraqidah Lurus
Dalam mengemban misinya, sebuah paradigma yang tepat sangat mutlak diperlukan agar tindakan guru dan orang tua sejalan dengan misi itu.
Ada 3 cara pandang Al-Qudwah terhadap peserta didik.
Pertama, peserta didik itu ibarat tunas pohon, dan kita petaninya. Petani bermitra dengan orang tua menumbuhkan, merawat, dan menjaga tunas itu agar tumbuh sesuai hakikat atau keaslian tunas.
Petani menumbuhkan dan merawat tunas sesuai jenis tanamannya. Tidak mungkin petani mengharapkan tunas pisang menjadi tunas kelapa atau berbuah kelapa.
Kedua, peserta didik ibarat mutiara, dan guru sebagai pengrajinnya. Tugas pengrajin adalah membentuk mutiara itu sehingga menjadi dan menemukan bentuk terindahnya.
Ketiga, peserta didik sebagai pewaris. Guru merupakan sumber ilmu. Peserta didiklah yang akan mewarisi ilmu tersebut. Guru juga memandang bahwa peserta didik merupakan pewaris peradaban.
Program Sekolah
Setelah perkenalan guru, para orang tua dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok untuk kelas XI, dan satu kelompok lagi untuk kelas XII. Pengelompokan ini berdasarkan program yang menjadi titik beratnya.
Di kelas X dan XII, program sekolah disosialisasikan oleh Supadilah, S.Si selalu Wakasek Mutu dan Kusnadi sebagai Waka Kesiswaan.
“Untuk kelas XI ada program Bakti Siswa untuk Desa (BSUD) yang akan dilangsungkan pada Maret mendatang. Selama dua pekan siswa akan tinggal bersama masyarakat. Umumnya lokasi dipilih tempat yang terpencil” kata Supadilah.
Sementara itu, Kusnadi sebagai Waka Kesiswaan menyampaikan tata tertib sekolah.
“Tentunya peraturan ini dimaksudkan sebagai upaya membuat sekolah kita menjadi lebih tertib” katanya.
Tidak sedikit tanggapan orang tua tentang sosialisasi program. Respon positif ini menunjukkan bahwa orang tua menunjukkan kontribusi positifnya terhadap agenda dari sekolah.
Salah satu orang tua menyampaikan bahwa orang tua berharap sekolah gencar menginformasikan kegiatan-kegiatan sekolah.
“Apalagi sekolah kita banyak program. Bisa saja kami luput mendapatkan informasinya. Karena itu kami minta sesering mungkin pihak sekolah menginformasikan setiap ada program sekolah” ujar salah satu orang tua.
Hal senada disampaikan orang tua lainnya. Selain itu, orang tua berharap sekolah melakukan pengaturan terhadap pekerjaan rumah atau PR untuk peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak terlalu terbebani mengingat jam sekolah berlangsung sampai sore.
“PR tetap perlu, hanya penting untuk dikoordinasikan agar tidak semua guru memberikan PR pada waktu yang bersamaan. Apalagi, matematika sifatnya pembiasaan latihan. Jadi PR tetap perlu, hanya jumlahnya jangan sampai memberatkan” jawab Supadilah.
Mayoritas orang tua kelas XII sudah ‘ribut’ dengan masalah kuliah. Dalam pemilihan jurusan dan kampus hendak dituju, orang tua berharap mendapatkan informasi yang maksimal dari sekolah.
“Ada banyak jalur yang bisa dimanfaatkan oleh anak untuk melanjutkan kuliah. Beberapa kampus selalu memberikan porsi untuk jalur raport. Ada juga PTKIN, SBMPTN, dan lainnya” ujar Tika Nurliawati sebagai BK di forum orang tua kelas XII.
Menjelang azan Zuhur, paguyuban tersebut berakhir. Semoga memberikan banyak manfaat. Salah satunya tentang kesamaan paradigma mendidik antara orang tua dan sekolah. Pertemuan serupa termasuk program yang langka. Karena itu orang tua hendaknya memanfaatkan betul kegiatan ini.
Laporan Supadilah