Hari ini diperingati sebagai hari Lahir Pancasila. Mengapa 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila?
Karena pada tanggal itu, kata Pancasila pertama kali diucapkan oleh Bung Karno di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Memang sih saat itu Soekarno belum menjadi presiden RI.
Selain hendak mengingatkan tentang sejarah lahirnya Pancasila, saya hendak mengingatkan pentingnya memahami fungsi Pancasila.
Tentu kita tahu bahwa Pancasila berfungsi sebagai perekat bangsa. Dengan semboyan bangsa Indonesia Berbeda-beda tapi tetap satu, kita disatukan sebagai bangsa Indonesia.
Pancasila itu keren kalau diamalkan. Lihatlah sila-sila yang ada di dalamnya.
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Wah, nilai-nilai di dalamnya, harusnya cukup untuk menyatukan bangsa Indonesia, lho. Persatuan Indonesia, misalnya, kalau dimaknai benar, kita ini meskipun memiliki perbedaan suku, golongan, dan kedaerahan, harus tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia.
Lalu, sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kalau benar-benar diterapkan, maka bangsa ini pasti makmur karena pemimpinnya adil, dan rakyatnya merasakan keadilan itu.
Kekayaan tak hanya ada di satu golongan saja, sehingga terjadi ketimpangan. Kemajuan tak hanya ada di kota saja, atau di daerah tertentu saja, sebut saja di Pulau Jawa saja. Daerah lain yang jauh dari ibukota juga maju. Sumatera, Kalimantan, Papua, dan lainnya juga maju. Keadilan benar-benar terwujud di setiap pelosok Indonesia.
Tapi, mengapa kenyataannya tak begitu? Kenapa kenyataannya banyak ketidakadilan melanda bangsa Indonesia? Mengapa bangsa kita masih banyak yang miskin?
Apakah Pancasila ternyata tak cukup mampu mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bersatu dan makmur?
Jawabannya bukan Pancasila-nya. Tapi orang-orangnya yang belum bisa menjiwai dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila itu tadi.
Apakah kita menyerah mengupayakan pengamalan Pancasila? Apakah kita sudah apatis terhadapnya? Jangan. Ya, jangan apatis dan menyerah untuk mewujudkannya. Masih ada harapan. Dan salah satu harapannya adalah kepada generasi muda bangsa ini. Ya, mungkin pejabat dan petinggi negara sudah tak bisa diharapkan lagi, tapi kepada generasi muda, harapan itu masih ada.
Penulis: supadilah