Di dalam hidup kita sebetulnya banyak sekali rezeki yang kita terima. Teramat banyak. Tak terhingga. Bahkan kalau dihitung-hitung, kita tidak akan bisa menghitungnya.
Mulai dari kita bangun pagi hingga siang aja, sudah teramat banyak. Apalagi sampai malam. Makin tidak bisa kita menghitungnya.
Sebetulnya kalau kita ingat, rezeki itu banyak dan dekat tapi seringkali lupa disyukuri.
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang yang pandai bersyukur dan tidak lupa dengan rezeki yang harusnya disyukuri.
Kia-kira apa saja rezeki yang sering lupa disyukuri?
Pertama, keluarga yang sehat jasmani dan rohani.
Ini merupakan rezeki yang sangat dekat sekali tapi kadang lupa disyukuri. Padahal dengan sehatnya keluarga merupakan motivasi kita melakukan berbagai aktivitas. Keluarga yang sehat merupakan energi kita melakukan kerja.
Coba refleksikan kebalikannya. Seandainya ada keluarga kita yang sakit, apakah kita akan fokus bekerja?
Ya, kita tidak akan fokus kerja karena memikirkan anggota keluarga.
Belum lagi kalau seandainya kita harus keluar materi untuk membeli obat, atau mengusahakan kesehatannya. Iya kalau obat itu murah, lha kalau obat itu mahal?
Apalagi kalau harus ke rumah sakit. Nginap pula. Jangankan nginap, baru datang di rumah sakit saja sudah membaui obat-obatan, membuat kita nggak betah dan ingin segera pergi dari sana. Iya kan?
Dengan tulisan ini ini setidaknya kita sudah diingatkan. Maka mari kita bersyukur. Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah…
Kedua, pasangan yang mengerti dan bisa diajak diskusi.
Hari ini betapa banyak pasangan yang sudah satu rumah tapi tidak sejalan. Malah kalau kita dengar berita di sosial media banyak sekali pasangan-pasangan yang yang saling berhianat.
Lalu bagaimana dengan pasangan kita? Kalau seandainya pasangan kita merupakan pasangan yang saling mengerti, sebetulnya itu merupakan rezeki yang sangat besar juga.
Ya, pasangan kita merupakan partner dalam menggapai impian-impian, dalam kerja, dan
dalam mewujudkan rumah tangga yang bahagia. Sudahkah kita bersyukur dengan itu?
Ketiga, pekerjaan yang dimiliki saat ini.
Saya seringkali pulang pengajian sekira pukul 11 atau 11.30 malam. Dalam perjalanan pulang, saya sering mendapati bapak-bapak yang menyusuri jalan mengambil botol-botol bekas atau mengorek-ngorek sampah.
Ini malam-loh. Kemudian saya mengingat pekerjaan saya. Ternyata pekerjaan saya saat ini jauh lebih mendingan daripada orang yang saya temui tadi.
Saya tidak perlu malam di malam yang dingin, menyusuri sepanjang jalan, atau membaui sampah.
Bukan berarti pekerjaan tadi tidak bagus. Apapun pekerjaan asalkan halal tentu bagus.
Tapi bayangkan kalau kita di posisi bapak-bapak tadi. Sanggupkah? Wah..belum tentu ya. Nggak kebayang, deh.
Nah, kalau pekerjaan kita mungkin lebih baik daripada orang yang saya ceritakan tadi, wajib hukumnya bersyukur!
Apalagi di musim pandemi akibat covid-19 ini, banyak sekali usaha yang turun drastis penghasilannya, bahkan banyak yang gulung tikar.
Tapi kalau seandainya pekerjaan kita tetap eksis, bahkan melejit pemasukannya, maka kita termasuk hamba orang yang bebal kalau tidak bersyukur.
Mari sejenak kita ingat pekerjaan dan penghasilan kita saat ini, dan ucapkan syukur. Alhamdulillah.. Ahamdulillah… alhamdulillah…