“Pesantren memiliki akar sejarah yang kuat dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan kiprah kyai dan santrinya. Pesantren juga merupakan bentuk lembaga pendidikan asli Indonesia.” 
Demikian disampaikan oleh
Wakil ketua MPR RI DR. M. Hidayat Nur Wahid, MA pada seminar Nasional Pesantren yang diadakan pada Senin (28/1) di aula Granada komplek pendidikan Al Qudwah, Rangkasbitung, Lebak, Banten.
Seminar tersebut diadakan dalam rangka memperingati milad (ulang tahun) Al Qudwah ke-25 tahun yayasan Qudwatul Ummah.
Mengambil tema Peran Pesantren dalam Pemberdayaan Masyarakat dan Mencetak Generasi Mandiri ini dihadiri oleh para pimpinan pondok pesantren di kabupaten Lebak, kyai/ustadz, dan guru serta santri.
Pesantren telah lama mengukir peradaban di negeri ini. 
“Contohnya ponpes modern Gontor yang berdiri pada 10 April 1926, ponpes Langitan di tahun 1852, ponpes Lirboyo di tahun 1910, atau ponpes Tebuireng di tahun 1899.” Lanjutnya.
Alumni pesantren Gontor itu sempat mengapresiasi sosok ulama/kyai kebanggaan Banten.
“Syekh Nawawi al-Bantani sosok yang luar biasa. Banyak buku yang sudah ditulis beliau. Semoga semangat dan ilmunya bisa diwarisi santri-santri di Banten saat ini” ujarnya.
Menurut Hidayat, pesantren punya modal yang besar untuk berbuat untuk bangsa.
“Jumlah santri 3.962.000 orang. Ini merupakan modal yang besar untuk berkiprah untuk bangsa.”
“Kita harapkan pemerintah bisa menghadirkan pendekatan anggaran yang berkeadilan. Pemerintah harus menghadirkan kepedulian terhadap dunia pesantren”
“Pesantren bisa menghadapi degradasi moral anak bangsa yang semakin hari mengkhawatirkan. Lewat muatan yang dipelajari di pesantren, Para santri diharapkan mampu menjadi generasi yang punya kunci sekaligus bisa membuka dan memilih ‘lemari’ yang paling baik untuknya.”