Tarbiyah (pendidikan) bisa didapat melalui banyak sarana. Salah satu sarana tarbiyah yaitu mukhoyam yang begitu istimewa karena didalamnya terdapat beberapa tarbiyah diantaranya tarbiyah jasadiyah (fisik), tarbiyah ruhiyah (ruhani) dan tarbiyah fikriyah (pikiran).
Itulah yang melatarbelakangi diadakannya mukhoyam siaga SMA Terpadu Al Qudwah. Acara yang diadakan pada 28-30 Agustus 2014 ini mengambil tempat di bumi perkemahan Bogor. “Be Care, Be Aware, with Uhibbukum fiillah” menjadi tema mukhoyam ini.
Siswa dan guru serta civitas akademika SMATA ambil bagian dalam acara ini. Dengan menggunakan 12 kendaraan, rombongan bertolak dari sekolah hari Kamis, pukul 07.00 WIB. Perlengkapan yang begitu banyak, menunjukkan keseriusan dan kesiapan para peserta mengikuti agenda ini.
Lokasi mukhoyam sangat dingin. Hujan turun hampir setiap hari. Ternyata informasi itu benar. Kami disambut oleh hujan ketika tiba disana. Beruntung hujan turun saat kami benar-benar tiba di bumi perkemahan sebagai tempat kami memasang tenda. Dengan cekatan kami bisa menyiapkan perlengkapan-perlengkapan.

Banyak kegiatan yang diadakan disana diantaranya upacara pembukaan, pembagian lokasi berdiri tenda, dan yang juga seru adalah bermacam-macam out bond. Setiap kelompok memiliki yel-yel khas yang selalu membuat jalannya out bond ramai dan seru serta menantang. Semi-militer gitu lah. Belum selesai out bond, hujan kembali turun. Menguji kesabaran dan kekuatan kami untuk tetap ikut atau batal menikmati out bond. Jelas kami tak mau menyerah. Hujan bukanlah halangan. Akhirnya, dengan susah payah dan penuh perjuangan, selesai juga rangkaian out bond di hari itu.
Sore itu sudah hujan. Kami yakin malamnya tidak turun hujan, seperti lazimnya hujan di sore hari maka akan cerah di malam hari. Manusia hanya berspekulasi. Tuhan jua yang menetapkan. Saat kayu untuk api unggun disiapkan, hujan kembali turun meski tidak begitu deras. Tapi tak urung membuat banyak diantara kami yang harus berteduh di tenda dan meninggalkan tumpukan api unggun. Saat hujan reda, kami pun segera melaksanakan pembakaran api unggun. Disana ada penampilan dari masing-masing kelompok, panitia, dan perwakilan guru. Malam yang dingin dan kelelahan sore tadi sirna tak dirasa karena seru dan kebahagiaan serta kekompakan. Hangatnya api unggun mampu mengurangi dingin malam itu.
 
Acara puncak (bisa dibilang begitu) adalah keesokan paginya yaitu mendaki ke kawah gunung Salak (terkenal karena menjadi lokasi jatuhnya pesawat). Tidak semua siswa. Hanya yang merasa yakin sanggup yang boleh ikut. Pendakian itu adalah kali pertama yang diikuti oleh siswi SMATA. 
Perjalanan yang menanjak dan berat adalah ujian bagi kami. berkat kesungguhan, saling membantu dan kekompakan, satu per satu titian, tanjakan, lembah, bukit dan sungai serta kawah berhasil kami lalui. Kami mati, kawah pangeran dan terakhir kawah ratu adalah tempat dengan keunikan dan keindahan yang tak mampu terlukiskan. Begitu Indah. Begitu memesona. Seakan kehabisan kata-kata untuk melukiskan keindahan itu.

 

Keindahan kawah ratu membuat sirna kepenatan dan kelelahan perjalanan menujunya. (Dan keletihan-kelelahan dalam perjalanan menuju pulang dari kawah ratu melenyapkan keindahan yang didapat di kawah ratu).
Cukup lama kami disana. Melepas lelah. Makan-makan. Foto-foto. Dan menikmati lukisan alam yang terbentang disana. Begitu kecilnya kami di alam yang terbentang sangat luas. Membuat sadar bahwa kami begitu kecil dan lemah di hadapan Allah. Maka tidak sepantasnya ada kesombongan pada diri kami.
“Manusia bisa mencapai puncak, tapi tidak bisa menakhlukkan gunung” begitu pesan yang tertanam kuat dari papan yang terpasang digerbang kawah ratu.
Setelah puas, kami segera kembali. mengingat hari itu juga kami harus pulang. Dan sekali lagi, hujan menjadi ujian bagi kami. saat berkemas, hujan turun. Membuat kami harus segera merapikan barang bawaan kami yang bukannya makin sedikit, tapi malah semakin banyak. 
Kami pun meninggalkan bukit yang sejak tiga hari dengan ikhlas menemani kami. “Gunung bukan tempat membuang sampah”. Pesan itu membuat kami sangat berhati-hati untuk tidak meninggalkan sampah sedikit pun.
( supadilah )